Senin, 26 September 2011

Gajah Diblangkoni

Minggu kemarin saia mendengarkan khotbah dari Romo di misa mingguan..
Romo bercerita tidak seperti di bayangan orang-orang bahwa ketika kita nanti mati, di jalan menuju surga atau neraka ada malaikat yang membawa buku penghakiman berisi debet dan kredit kita di dunia, bila lebih banyak kreditnya kita akan masuk neraka dan bila lebih banyak debetnya kita akan masuk surga.
Semua itu salah, karena Tuhan adalah pelupa.
Yup, Tuhan tidak pernah menghitung kebaikan dan kesalahan yang kita lakukan semasa hidup, surga dan neraka tidak bisa dimasuki secara matematis. Tuhan punya kehendak lain yang lebih luar biasa, Tuhan menentukan kehidupan kita setelah kematian dengan satu hal, yaitu Niat.
Sederhana namun rumit.
Ada sebuah cerita di Alkitab mengenai dua orang anak yang disuruh oleh Bapanya untuk mengerjakan ladang anggur.
Anak sulung langsung menjawab,"baik Bapa", namun yang terjadi dia tidak melakukan perintah Bapanya.
Lalu anak bungsu menjawab,"tidak mau!", namun kemudian dia menyesal dengan apa yang dia katakan dan pergilah dia melakukan perintah Bapanya.
Itulah yang dinamakan niat. Bila diaplikasikan ke negara kita sekarang, masih banyak orang berperan sebagai anak sulung tersebut.
Manis di ucapan namun pahit di perbuatan, janji dan janji yang selalu terucap namun nol besar dalam perbuatan. Seperti kata Alkitab (salah satu referensi saya, karena saya sebagai orang khatolik) juga, pelacur dan penarik cukai adalah orang-orang yang akan masuk ke surga duluan daripada para pemuka agama, semua yang kelihatan baik di permukaan belum tentu diiringi dengan hati dan niat yang tulus juga.
Lihat di jaman sekarang ini malah ahli-ahli Hukum yang banyak mengingkari hukum dan ahli-ahli agama yang banyak mengingkari agama. Korban-korban mereka adalah orang-orang yang diberi stigma negatif oleh para ahli tersebut, namun begitu belum tentu Tuhan juga memberi stigma yang sama dengan yang manusia beri. Ketika para pejabat dan pemuka agama saling ngoceh tentang kebaikan dan janji-janji manis, ketika para orang "atas" itu selalu memotivasi, memberikan pidato, berbicara besar dan berdakwah dengan mengatakan jangan menyerah tapi mereka sendiri tidak bisa melakukan apa yang mereka katakan, saat itu rakyat golongan bawah menangis menjadi korban akibat efek yang mereka tabur..
Tidak ada niat dalam ucapan mereka.
Wong-wong kui arane Gajah diblangkoni, isone mung khotbah ning raiso nglakoni.

Senin, 19 September 2011

kisah kasut

dia yang selalu berdua..
melengkapi dalam persamaan..pembedanya hanyalah arah dan waktu pijakan..
dia yang selalu bersama..
bangga dalam penderitaan..berduka dalam kesenggangan..
dia yang tak mungkin menjadi tiga..
setia sejak dilahirkan..tidak mengenal pengkhianatan..
dia yang bersimbah kotoran..
berkawan dengan lumpur pembuat nyaman..
dia yang terbuang..
hal lama terlupakan..hal baru didewakan..
dia yang diimpikan..
sejak sajak dibacakan hingga sajak dimatikan..